rumah kitab

Merebut Tafsir : Pijar itu Arief Budiman

Oleh Lies Marcoes

Tahun 1985, gagasan tentang gender mulai mengemuka di negeri ini. Namun referensi berbahasa Indonesia belum banyak dan tak memadai. Pemahaman tentang konsep gender (tanpa mau mengakui hubungannya yang erat dengan filsafat dan pemikiran feminisme ketika itu ) saya kumpulkan melalui serpihan-serpihan referensi atau dari diskusi-diskusi parsial.

Adalah buku Arief Budiman “Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologis tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat” yang pertama kali memberi pijar petunjuk jalan bagi saya untuk memahami secara lebih komprehensif mengapa gender diperlukan sebagai paradigma untuk membaca realitas manusia- lelaki dan perempuan. Dalam buku itu Arief memperkenalkan konsep nurture dan culture sebagai dua aspek yang mengkonstruksikan secara sosial untuk “menjadi” lelaki dan perempuan. Ternyata bukan hanya aspek biologis dan asuhan (nurture) yang menjadikan seseorang itu disebut lelaki atau perempuan, tetapi juga culture.

Dalam perkembangannya kita tahu yang dimaksud oleh Pak Arief adalah pembagian kerja secara gender. Kata “seksual” dimaksud adalah identitas kelamin kultural atau gender yang dibangun oleh sejarah manusia dan dibedakan dari seks (biologis).

Dalam keyakinan Islam, terputus amal seseorang setelah wafat kecuali, – antara lain- ilmu yang bermanfaat. Pak Arief Budiman telah meninggalkan puluhan buku yang niscaya menjadi pijar penunjuk bagi banyak orang untuk tetap lempang dan kritis. Dan salah satunya ia mewariskan buku yang saya yakin berpengaruh sangat besar atas lahirnya paradigma feminisme dan alat analisis gender yang berguna untuk mengkritisi pembangunan yang kerap abai kepada kebutuhan kaum perempuan, baik karena buta atau bias. buku-buku yang kemudian menjadi pijar penunjuk jalan bagi banyak orang di dunia, dan ini adalah amalan yang langgeng yang mengalir deras bagi Pak Aref Budiman Insya Allah. Innalillahi wainna ilaihi raajiun. Selamat jalan Pak Arief. Salam buat Soe Hok Gie dan Ismed Natsir ya Pak.

Lies Marcoes, 24 April 2020.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.