Serial Kajian “Islam Ramah Perempuan” – Hikayat Perempuan dalam Peradaban Islam

PEREMPUAN dalam peradaban Islam memiliki kehadiran yang besar di berbagai bidang, mungkin yang paling penting adalah kehadiran mereka di bidang kekuasaan dan pengaruh. Banyak perempuan juga memiliki peran ilmiah yang besar, baik di bidang kedokteran, astronomi, atau bidang lainnya, selain bidang sastra dan seni, yang merupakan bidang paling banyak mendapat manfaat dari pengaruh perempuan dalam peradaban Islam.

Perempuan, dalam peradaban Islam, seperti Taj Mahal yang merupakan karya internasional simbol cinta dan kesetiaan, peninggalan Sultanah Raziya dari India, Ratu Arwa al-Shulaihiyah, Ratu Yaman yang zamannya merupakan era kemakmuran di Yaman, dan Syajarat al-Durr yang dikaitkan dengan berakhirnya era Ayyubiyah dan awal era pemerintahan Mamluk.

Dalam konteks ini, buku “al-Iman wa al-Sulthah…al-Mar`ah fi al-Islam” karya Lucien Dugier dkk., memberikan pencerahan tentang karya-karya besar yang terkait dengan perempuan serta menyajikan kisah-kisah perempuan yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam, antara lain Asiyah binti Muzahim, Maryam binti Imran, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, Ratu Arwa, Ratu Syajarat al-Durr, Sultanah Raziya, Sitt al-Mulk, Roxalana dan perempuan lain yang memiliki peran besar dalam sejarah.

Buku “al-Iman wa al-Sulthah…al-Mar`ah fi al-Islam” ini terbit atas hasil kerjasama National Center for Translation dengan Museum of Islamic Arts di Malaysia, museum seni terbesar di Malaysia dan Asia Tenggara. Museum kuno ini sebelumnya juga telah bekerjasama dengan Pusat Kaligrafi di Perpustakaan Alexandria untuk menerbitkan katalog “Angham wa Ayat, Rawa`i’ al-Khathth al-Farisiy”, dalam salah satu pameran museum berbahasa Arab dan dikhususkan untuk manuskrip-manuskrip yang dibuat pada periode antara abad keenam belas dan kesembilan belas Masehi.

 

Kontribusi Perempuan

Kita percaya bahwa perempuan telah berkontribusi selama berabad-abad dalam kehidupan publik melalui profesi yang mereka jalankan, dan kita pun mengenal nama-nama perempuan di berbagai bidang. Kita menemukan perempuan yang berprofesi sebagai dokter, ilmuwan, penulis, penyair, bahkan ahli kaligrafi. Di antara mereka kita mendapati Zainab, dokter dari Bani Awad, seorang dokter spesialis oftalmologi pada masa Bani Umayyah, putri dari Abu al-Ala ibn Zuhr dan Ummu Amr binti Abi Marwan ibn Zuhr, yang terkenal dengan reputasinya dalam bidang kedokteran dan persalinan serta menguasai astronomi.

Di bidang seni, kontribusi perempuan sangat besar terhadap kemajuan dan kemakmuran berbagai cabang seni. Misalnya, kita menemukan bahwa perempuan unggul dalam bidang fesyen, dan fesyen merupakan cerminan perkembangan peradaban Islam di semua era yang terkait dengan tingkat kehidupan ekonomi, melalui bahan-bahan yang digunakan. Dan sebelum kita mulai melihat komponen-komponen pakaian perempuan serta berbagai jenis dan gaya yang berbeda, kita harus mengingat fakta bahwa pakaian mereka selalu berubah.

Keberagaman dan perubahan fesyen di kalangan perempuan sebenarnya tidak lain hanyalah wujud kebosanan mereka terhadap sistem sosial. Dikatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang paling cepat merasa bosan dan menginginkan perubahan dan inovasi. Bahkan jika ada pakaian baru yang diciptakan, dianggap sebagai contoh keanggunan pada masanya, maka semua jiwa perempuan, seperti diketahui, akan mengikutinya.

Warna dan keragaman busana perempuan dalam berbagai fase sejarah disebabkan oleh keragaman selera, keinginan, dan pertimbangan lingkungan setempat, terutama ketika kondisi sosial berperan penting dalam membentuk busana tersebut dan keragamannya di kalangan perempuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap zaman mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan zaman lainnya, terutama dalam kondisi sosialnya.

Perempuan mengambil peran penuh di setiap fase sejarah, baik dalam kehidupan publik maupun dalam kehidupan pribadi. Tetapi peran perempuan dalam kehidupan publik dikaburkan dengan undang-undang, peraturan, tradisi dan kondisi masyarakat. Hanya saja, kita menemukan banyak referensi mengenai signifikansi status perempuan, baik sebagai anak perempuan, istri, atau ibu, dan semakin besarnya peran yang mereka jalankan, dalam kehidupan publik.

Sejarah Islam mengenal banyak perempuan yang gemar mengoleksi barang-barang antik artistik yang berharga, baik perhiasan, tekstil, furnitur, atau lainnya. Buku-buku sejarah dan sastra mengabadikan gambaran tentang harta karun barang antik yang dimiliki beberapa tokoh besar perempuan. Harta karun Qathr al-Nada, putri penguasa Mesir, Khumarawyh ibn Ahmad ibn Tulun, dianggap sebagai bukti terbaik. Di dalam buku “al-Nujum al-Zahirah” Abu al-Mahasin menyebutkan uraian tentang isi harta karun ini, termasuk emas-emas batangan bertahtakan permata dan batu mulia, kotak-kotak berisi perhiasan dan permata, wadah lilin dan warna-warni emas dan perak, potongan-potongan kain mewah dan karpet-karpet berharga, di samping perkakas-perkakas lainnya yang terbuat dari emas dan perak. Putri Abdah binti al-Muizz Lidinillah al-Fathimi juga meninggalkan banyak brankas perhiasan dan barang antik di Kairo, kotak-kotaknya disegel dengan sekitar empat belas kilogram lilin. Catatan daftar dari harta ini menghabiskan hampir tiga puluh rim kertas, dan para sejarawan kuno berusaha keras untuk menjelaskan isi warisan besar ini.

Peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya terbatas pada keterlibatan mereka dalam beberapa urusan negara, tetapi juga berperan aktif dalam kehidupan ilmiah dan keagamaan. Pada umumnya perempuan datang ke majlis-majlis ilmu pengetahuan dan agama, dan banyak dari mereka yang antusias menghadiri pertemuan-pertemuan di mana mereka dapat mendengarkan pelajaran.

 

Kekuasaan dan Pengaruh

Seni mengalami perkembangan pesat dan makmur berkat jari-jari terampil dan selera halus perempuan di masa lalu. Di Mesir, misalnya, perempuan berkontribusi pada pembuatan keramik dan tembikar dengan bentuknya yang anggun dan banyak dekorasinya menyampaikan semangat dan kehalusan seni perempuan. Di reruntuhan Fustat, ditemukan bagian bawah piring keramik yang dikaitkan dengan era pemerintahan Mamluk. Perempuan di Kairo menjalankan industri tekstil dan karpet, dan memproduksi jenis-jenis tekstil yang keunggulannya terkenal di seluruh dunia.

Sayyid Mukhtar al-Bukhari dalam pendahuluan buku “al-Iman wa al-Sulthah…al-Mar`ah fi al-Islam” mengatakan, “Peran perempuan di dunia Islam menjadi ruang diskusi yang vital saat ini, seperti yang dikatakan empat belas abad yang lalu. Di balik banyaknya argumentasi tersebut, kehadiran perempuan muslim di berbagai zaman membuat mereka mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar. Kontribusi banyak seniman yang menciptakan karya-karya yang dikaitkan dengan perempuan di dunia Islam tidak dapat disangkal.”

Buku “al-Iman wa al-Sulthah…al-Mar`ah fi al-Islam” mengeksplorasi berbagai aspek keberadaan perempuan dalam Islam. Sedangkan untuk keimanan, terdapat halaman-halaman yang berisi keterangan dan gambar-gambar al-Qur’an edisi awal yang tidak lepas dari kontribusi perempuan. Adapun untuk kekuasaan dan otoritas, terdapat simbol-simbol kepemimpinan yang lebih sekuler. Pedang dan senjata lainnya ditampilkan sebagai pengingat bahwa feminitas dan kelembutan tidak selalu berjalan bersamaan, sebab ada banyak ratu kesatria. Ini adalah hikayat tentang tokoh-tokoh perempuan yang nyata, tetapi banyak pencapaian mereka telah dilupakan. Sejarah biasanya ditulis, seperti yang sering disebutkan, oleh para pemenang, hanya saja banyak perempuan di dunia Islam yang tidak mendapatkan kesempatan untuk memenangkan sejarah.[]

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.