Pos

Tau Nina Kanca Anak Berdaya: Perempuan dan Anak Berdaya

Oleh: Erni Agustini

Kegiatan Temu Perempuan Pemimpin di Lombok Utara, yang diselenggarakan pada 9-10 November 2024, dapat terlaksana berkat kerja sama antara Rumah KitaB, JASS, dan Klub Baca Perempuan (KBP). Salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menelaah kehidupan perempuan melalui pengalaman-pengalaman masing-masing peserta. Dari pengalaman tersebut, para peserta merumuskan strategi bersama untuk memperkuat kepemimpinan perempuan di akar rumput.

Salah satu sesi penting dalam kegiatan ini adalah sesi mengenali tubuh sendiri. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk memahami bagian tubuh mana yang sering menderita sakit, jenis sakit yang dirasakan, serta bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dapat dialami oleh perempuan. Penting bagi setiap perempuan untuk mengenali tubuh mereka sendiri, memahami potensi penyakit yang dapat menyerang, dan mencari solusi penanganan yang tepat. Fasilitator memandu peserta untuk berkelompok dan menggambar tubuh perempuan, yang memungkinkan mereka memberi tanda pada potensi penyakit dan kekerasan seksual yang mungkin dialami. Sesi ini sangat relevan mengingat pada tahun 2024, Lombok Utara mencatatkan 127 kasus kekerasan, dengan kekerasan seksual menjadi kasus tertinggi (SIMFONI-PPA).

Secara umum, para peserta berhasil mengenali tubuh dan alat reproduksi perempuan, serta mengidentifikasi potensi penyakit dan kekerasan seksual yang mungkin terjadi. Selain itu, peserta diajak untuk lebih memahami kesehatan reproduksi perempuan, bentuk-bentuk kekerasan seksual, dampaknya, serta sistem dukungan yang dibutuhkan perempuan dan anak. Dengan demikian, peserta memperoleh pemahaman lebih dalam tentang tubuh mereka, ruang aman bagi perempuan, dan pentingnya pemberdayaan perempuan.

Perempuan Berdaya, Bersatu, dan Bergerak Bersama

Klub Baca Perempuan (KBP) berperan sebagai wadah potensial bagi pemimpin perempuan komunitas di Lombok Utara untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah perempuan dan anak. Sebanyak 11 lembaga yang bergerak dalam isu perlindungan perempuan dan anak turut mendampingi masyarakat di Lombok Utara. Keterlibatan KBP dalam perlindungan perempuan dan anak meliputi partisipasi dalam penyusunan naskah akademik Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Anak. Melalui keterlibatan ini, perempuan di akar rumput dapat mengawal proses pembuatan regulasi hingga implementasinya, agar perempuan dan anak di Lombok Utara memperoleh perhatian khusus.

KBP juga turut mendorong predikat Kabupaten Layak Anak yang berhasil diraih oleh Lombok Utara. Pada tahun 2017, 10 orang remaja yang tergabung dalam Kanca/KBP dilibatkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), di mana mereka menyampaikan aspirasi untuk prioritas pembangunan youth center sebagai rumah bersama para pemuda. Proyek ini diharapkan dapat direplikasi di berbagai tempat di Lombok Utara.

Keterlibatan pemimpin muda komunitas dalam berbagai momentum pengambilan kebijakan di Lombok Utara merupakan upaya penting untuk mempertegas hak warga negara dalam mengawal kebijakan, sekaligus menjadi wujud perempuan yang berdaya di Lombok Utara. Gerakan bersama yang melibatkan pemimpin perempuan di akar rumput diperlukan untuk terus mendorong disahkannya regulasi yang berpihak pada perempuan dan anak. Bahkan setelah disahkan, regulasi tersebut harus terus diawasi dan disuarakan pelaksanaannya.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemimpin perempuan komunitas, melalui Kanca/KBP, adalah terus melakukan kampanye menggunakan seni dan budaya—seperti tari, musik, dan kampanye di media sosial. Anggota muda yang tergabung dalam Kanca dan KBP telah melakukan hal luar biasa untuk merespons budaya patriarki dan kemiskinan. Langkah selanjutnya adalah terus memperkuat kerjasama dan persaudaraan agar perempuan dan anak di Lombok Utara dapat terus berdaya.

Menyemai Asa di Kaki Rinjani

Oleh: Nurhayati Aida

“Kebudayaan yang benar dilahirkan di alam, sederhana, rendah hati, dan murni”
― Masanobu Fukuoka dalam Revolusi Sebatang Jerami

Di penghujung Juli 2018, Lombok diguncang gempa. Gempa ini membuat sebagian Lombok lumpuh, terutama Lombok Timur yang berbatasan dengan Lombok Utara. Rumah-rumah, fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah banyak yang runtuh. Setelah gempa pertama, setidaknya ada lima kali gempa susulan. Namun begitu, pada gempa pertama itu Lombok Utara belum terlalu terdampak. Karenanya Nursyida dan suaminya, Mik Badrul, dari Klub Baca Perempuan (KBP) yang tinggal di Tanjung, Lombok Utara, mereka bisa segera bergerak memberi bantuan semampunya. Mereka telah lama membangun komunitas literasi yang beranggotakan perempuan-perempuan yang ingin bersama-sama mendampingi anak-anak mereka untuk tumbuh kembang melalui bacaan dan pengetahuan sebagai jendela dunia.

Gempa juga menyebabkan fasilitas suplai air hancur, pun karena Lombok telah masuk ke musim kemarau.  Maka, KBP pun bolak balik mengangkut bantuan ke beberapa daerah Lombok Utara dan Sembalun di Lombok Timur, termasuk suplai air bersih. Sejumlah mitra KBP di luar Lombok Utara bahkan dari Luar Negeri mengirimkan bantuan melalui KBP untuk memenuhi kebutuhan pangan, selimut, dan bantuan air bersih. Tak dinyana awal Agustus 2018, giliran Lombok Utara yang kembali terguncang dahsyat. Saat itulah Nursyida dan anggota  KBP harus berjuang karena kini menjadi pengungsi meninggalkan rumah yang runtuh.

Dalam kesengsaraan, Nursyida dan Mik Badrul melihat orang bisa kehilangan rasa solidaritasnya  karena dihantam kekhawatiran. Nursyida dan Mik Badrul menceritakan itu dengan permakluman yang penuh. Bagaimana perilaku orang dalam situasi yang sulit bisa berubah dan serakah. Mereka berdua belajar bahwa hanya dengan rasa kasih sayang  kehidupan dapat berlanjut dan layak untuk diperjuangkan.

Seiring berjalannya waktu, perlahan masyarakat Lombok Timur dan Lombok Utara mulai bangkit menata hidup selepas gempa. KBP kembali membangun perpustakaan sebagai pusat kegiatan literasi mereka. Aktvitas pariwisata mulai bergeliat, pasar, dan hotel mulai ramai lagi. Namun, selang dua tahun setelah itu, gelombang Covid menerjang batas-batas negara dan mulai masuk ke seluruh penjuru Indonesia, termasuk Lombok Utara. Setelah berhasil bangkit dari terpaan gempa, kini masyarakat harus bertahan dari sapuan virus, yang tak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga mata pencaharian mereka.

Banyak rumah tangga yang tak lagi memiliki penghasilan tetap untuk menghidupi keluarga, termasuk anggota KBP. Gelisah dengan keadaan itu, KBP yang dikomandoi oleh Nursyida dan Mik Badrul mulai menginisiasi pengelolaan tanah kosong yang tak terpakai di sekitar sekretariat KBP dengan bertanam sayur-mayur untuk memenuhi kebutuhan pangan para anggotanya. Inisiatif ini bersambut baik dengan program We Lead—satu konsorsium yang konsen dalam pengembangan kapasitas lembaga yang dipimpin oleh perempuan—dalam program rapid response Covid.  Mereka pun mulai menyemai bibit sayur mayur, mulai dari cabe, tomat, sawi, terung; dan perangkat media tanam seperti polybag dan tempat pembibitan.

Meski hidup bersama alam, umumnya anggota KBP tak memiliki keahlian dalam bercocok tanam.  Oleh karenanya, musim tanam pertama tak berjalan mulus. Berkali-kali bibit yang ditanam gagal tumbuh, dan berkali-kali juga mereka mencoba. Belum lagi persoalan pengairan yang tak gampang. Secara otodidak mereka mengelola tanah, tapi tetap saja menemui kendala. Akhirnya, Nursyida bersama suaminya, meminta bantuan seorang kerabat yang pernah menjadi penyuluh pertanian untuk mengajari mengelola Kebun Pangan. Perlahan mereka mampu mengatasi kendala-kendala dalam pengelolaan Kebun Pangan.

Melihat Kebun Pangan yang terus berkembang, anggota KBP mulai mendiskusikan pengelolaannya bersama Kanca—Kanak Pencinta Baca, satu sayap aktivitas KBP yang beranggotakan anak-anak dan remaja. Mereka kemudian menyusun jadwal piket pengelolaan Kebun, mulai dari menyiram dan menyiangi lahan. Aktivitas ini bagi anggota Kanca merupakan kegembiraan karena berbulan-bulan lamanya sekolah menerapkan sistem daring.

Kendala hama dan pengairan perlahan mulai bisa ditangani pada musim kedua. Kebun Pangan telah menampakkan hasilnya. Saat rimbun sayuran memenuhi lahan, tetangga di sekitar KBP mulai tergerak untuk mengolah tanah mereka. Satu dua dari mereka datang ke KBP untuk bertanya cara mengelola kebun. Pasalnya, tanah di wilayah mereka bercampur dengan pasir yang tak gampang  diolah sebagai lahan pertanian. Tetapi dengan berbagai cara, KBP berhasil menanam sayuran. “Orang jadi tahu ternyata tanah berpasir di wilayah kami bisa ditanami sayur-mayur untuk kebutuhan pangan” tutur Nursyida.

Melalui media sosial terutama Facebook dan Instagram, secara berkala Nursyida mengabarkan perkembangan Kebun Pangan. Ini juga merupakan bentuk kreatif pelaporan secara publik lalu lintas keuangan mereka. Mitra mereka, sepasang suami istri dari Singapura, Mohamad Tahar Bin Jumaat dan Rosmawati Munir— yang sejak gempa pertama membantu dalam pengadaan air dan dilanjutkan dengan program sedekah “Jumat Berkah”, tertarik membeli hasil panen Kebun Pangan dan mendonasikan sayur-sayur itu untuk masyarakat Lombok Utara. Menjelang kemarau Juli sampai Desember 2020 hasil panen melimpah. Sambil mengantar bantuan air ke wilayah kering seperti Kampung Adat Dasan Gelumpang, hasil Kebun Pangan itu kemudian berpindah ke dapur- dapur rumah  warga menjadi olahan makanan yang sehat dan murah yang lahir dari alam mereka sendiri.

Sepetak tanah berpasir warisan dari orang tua Nursyida itu menumbuhkan asa bagi anak-anak yang bersekolah di PAUD Alam Anak Negeri. Gagasan mendirikan PAUD muncul setelah KBP mendirikan perpustakaan. Sekolah ini didesain tak hanya untuk menyiapkan anak-anak menguasai Calistung (baca, tulis, hitung) agar diterima di SD, melainkan sebuah taman bermain yang benar-benar menjadi arena bermain dan berinteraksi.  Sekolah yang dikelola KBP ini tak mematok biaya. Orang tua murid yang umumnya bekerja sebagai TKW, pelayan di hotel, dan nelayan ini boleh membayar semampunya dengan apa saja yang dipunya. Pun kalau tak memiliki apa-apa, anak-anak masih bisa tetap bersekolah. Berkat penjualan hasil tanam musim kedua, senyum 40 anak terkembang karena mendapatkan seragam dan loker baru. Sesuatu yang sebelumnya tidak mereka miliki.

Lokasi Kebun Pangan itu kini telah semakin tertata. Kebun Pangan terletak di tengah-tengah perkebunan kosong. Ia telah tumbuh menjadi bagian dari komunitas Klub Baca Perempuan dan Kanca yang menyatu dalam bendera Rumah Indonesia. Di sana pula Nursyida dan Mik Badrul membangun rumah yang lebih permanen tempat anak-anak remaja belajar, berkreasi, dan bertumbuh, mulai dari menekuni komputer, fotografi, membaca puisi, menari, dan atau sekedar tetirah ketika mereka ngambek kepada orang tuanya.  Area KBP itu berpagar bambu dengan lilitan bunga telang biru yang bermekaran. Pekarangan tampak tenang dan teduh karena rumbai daun oyong dan markisa membentang dari pagar depan sampai atap rumah. Hampir tak ada tempat kosong di halaman atau pekarangan rumah.

Dari arah timur bangunan utama, berdiri bangunan semi terbuka dari bambu yang difungsikan sebagai sekolah PAUD Alam Anak Negeri. Sedangkan di sisi barat, terletak sepetak tanah yang difungsikan sebagai kebun sayur dan pembibitan. Nyaris lahan di KBP dan PAUD penuh dengan sayuran dan pembibitan untuk disebar di musim tanam setelah hujan kembali turun di awal November 2021  ini.

Di saat semua pekerjaan terhenti karena pandemi, alam memberikan pangan yang dibutuhkan. Belajar dari Kebun Pangan yang dikelola selama pandemi, PAUD Alam Anak Negeri mulai memasukkan kurikulum pengelolaan tanah kepada anak didik dan wali muridnya. Setiap anak di PAUD memiliki tanaman yang harus mereka rawat, dan dari sana mereka bisa belajar memelihara hasil yang dipetik dari kebun sendiri.

Di sekolah ini, selain belajar dengan metode montessori, secara langsung mereka belajar tentang keragaman. Toleransi tak mereka ajarkan lewat diktat tebal dan jargon, tetapi mereka praktikkan dalam perilaku. PAUD Alam Anak Negeri atau Kanca tak hanya berisi satu agama atau suku saja. Mereka berbaur, saling belajar, mengasihi, dan bekerja sama. Pun, KBP menanam bunga yang biasa dipakai oleh umat Hindu sebagai sesajen. Mereka dengan penuh suka cita menawarkan bunga dan memberikan bung aitu kepada mereka yang membutuhkan tanpa perlu membayar.  Kini dari tanah sepetak di KBP itu telah tumbuh asa bagi ratusan warga dan anak-anak di kaki Gunung Rinjani. (NA)[]

Program Berbagi Sayur Sehat di Lombok Utara

Oleh Nursyda Syam
.
Bagi kita yang hidup beruntung di tanah yang subur, banyak air dan bisa menanam apa saja, tentu saja sayur mayur dapat kita peroleh dengan cara yanh mudah. Tapi Hati-hati, justru terkadang hidup dalam kemudahan-kemudahan membuat kita lalai untuk mensyukuri nikmat hidup yang Allah beri. Bisa jadi tomat atau terong yang kita dapatkan dengan mudah di halaman atau bisa kita beli dengan harga murah di pasar, merupakan bahan makanan yang sangat diidamkan oleh mereka yang hidup di desa atau dusun yang kekeringan. Bagaimana mungkin bisa menanam dengan baik tanpa ada air?. Jangankan air untuk menyiram tanaman, untuk minum, memasak, mandi dan mencuci saja mereka kesusahan.
.
Jadi program berbagi sayur sehat untuk saudara-saudara yang terdampak kekeringan insya allah sangat membantu pemenuhan kebutuhan sayur mayur mereka. Alhamdulillah kali ini ada 27 paket sayur. Oya, karena ikan kering sedang kosong dan masih dijemur, kita ganti dengan buah sawo. Isi paket kali ini : tomat, terong bulat terong panjang, cabe dan sawo.
.
Program berbagi sayur sehat ini di dukung sepenuhnya oleh masyarakat Singapura beserta sahabat kami Abang

Tj Mohd dan Kak Ros Moe
.
Terima kasih yang tak terhingga kepada semua donor, Abang TJ dan Kak Ros atas inisiatif yang luar biasa ini. Selain membantu pemenuhan gizi warga di daerah kekeringan juga membantu membeli hasil panen dengan harga yang sangat layak, sehingga gerak perkembangan kebun pangan bisa terjaga. Tuhan saja yang bisa membalas semua kebaikan Abang TJ, Kak Ros dan semua donor.
.
Tak putus juga rasa terima kasih kami kepada Rumah Kitab, We Lead, Hivos, Bunda Lies Marcoes, Fadilla Dwianti Putri, Nura Jamil atas dukungannya pada Kebun Pangan Klub Baca Perempuan. Kebun pangan yang semula hanya penyaluran hobby Mamik, Mamak, anak-anak dan teman-teman kemudian didampingi oleh Rumah Kitab beserta mitra sehingga bisa berkembang sejauh ini. Terasa betul kami didampingi.
.
Semoga kelak, melalui ranum buah tomat dan sayur mayur beserta semua produk Rumah Indonesia, Klub Baca Perempuan bisa mengantar anak-anak sekolah setinggi-tinggi, bisa berkontribusi memberi tambahan gaji guru di sekolah kami nanti, bisa jadi tabungan kesehatan bersama, bisa mewujudkan impian untuk umroh bersama bagi yang muslim ( amiin ya rabb ). Semoga hasil kebun pangan melimpah agar bisa digunakan untuk membeli buku-buku berkualitas, bisa buat mengirim anak-anak magang dan belajar, bisa digunakan untuk membuat lebih banyak pojok baca dan lainnya.
.
Dan semoga, suatu hari nanti, hasil kebun pangan KBP bisa mewujudkan impian Mbok Ajeng Sudewi, Kak Tuan Suciatun Ninadaya, Kak Kurniatun Dafa, untuk membeli tiket PP Indonesia – Korea Selatan – Indonesia, untuk membawakan hadiah sayur buat idola mereka Yong Hwa.
.
Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Selama kita percaya pada-Nya, insya allah semua bisa mewujud dengan kun fa ya kun Nya.
rumah kitab

Merebut Tafsir : Megap-megap

Oleh Lies Marcoes

Megap-megap agaknya sebuah metafor yang paling pas yang dapat menggambarkan situasi kita menghadapi serangan covid 19. Megap-megap biasanya digunakan untuk menggambarkan perilaku ikan yang sedang kehabisan air; mulutnya terbuka lebih lebar sambil menengadah ke atas untuk bisa bernapas.

Para ahli menjelaskan virus ini menyerang paru-paru hingga kehilangan fungisnya untuk memproduksi oksigen yang berguna bagi seluruh organ vital tubuh. Daya tahan tubuh yang dibangun oleh gizi yang baik, menjadi bala tentara tubuh untuk berperang melawan virus dalam memperebutkan wilayah paru-paru. Dapat dibayangkan sesak nafas yang dialami pasien tatkala virus menyerang paru. Mereka niscaya bisa sampai megap-megap berusaha menarik nafas dan karenanya bantuan tabung oksigen sangat dibutuhkan.

Sambil melakukan isolasi mandiri saya dan kawan-kawan di Rumah KitaB memonitor keadaan mitra- mitra dampingan kami di sejumlah wilayah seperti di Lombok Utara, Sumenep, Cianjur, Cirebon, Bekasi, dan Cilincing di Jakarta Utara.

Nursyida Syam pendamping anak-anak remaja di Rumah Indonesia/ Klub Baca Perempuan Kampung Perwira, Tanjung Lombok Utara sejak lama merintis perpustakaan dan kegiatan literasi bagi anak remaja dan kaum perempuan. Mereka sangat percaya literasi merupakan pintu untuk mengatasi ragam masalah kemiskinan di Lombok Utara. Dalam program pencegahan kawin anak, Rumah KitaB mendamingi Rumah Indonesia dengan mengirimkan buku-buku, melatih para tokoh lokal untuk mencegah kawin anak, dan mendukung anak-anak beraktivitas gerak (menari, bermusik, baca puisi ) dan sejumlah aktivitas yang memberi mereka ruang kebebasan untuk berekspresi. Setelah gempa, Rumah Indonesia mendapatkan bantuan seorang arsitek lingkungan membangun rumah bambu dua lantai yang sangat asri dan fungsional bagi anak-anak untuk membaca (di lantai atas) dan beraktivitas gerak di lantai bawah yang terbuka tanpa sekat.

Menyadari bahwa isolasi mandiri di rumah merupakan cara terbaik untuk memutus penularan corona, Nursyida “merumahkan” anak-anak. Mereka hanya diizinkan mengambil/meminjam buku dan membawanya pulang. Dengan begitu anak-anak tidak bergerombol di Sanggar.

Pagi ini Nursyida berbagi keluh.” Bunda, kasihan sekali anak-anak, terutama yang orang tuanya buruh harian, atau pedagang di pasar. Mereka sudah megap-megap mengatasi kesulitan ekonomi. Pekerjaan tidak banyak, pasar sepi. Anak-anak menyadari keterbatasan orang tua mereka, kita harus bagaimana, gak mungkin bisa bertahan lebih lama lagi, Bun”. Saya tercekat, dada saya sesak megap-megap, air mata saya jatuh dengan rahang yang berderak. Oh, Gusti…

 

 

Lies Marcoes, 4 April 2020.

Sumbangan Pribadi untuk Anak Perempuan Putus Sekolah Karena Kawin Anak

“Rumah KitaB telah menerima sumbangan pribadi untuk kelanjutan pendidikan anak perempuan seperti korban perkawinan anak dan bencana. Beberapa anggota Kanca dari Klub Baca Perempuan dengan gembira telah menerima bantuan alat belajar dan buku-buku bacaan dari Ibu Claire Harvey untuk program literasi di Rumah Indonesia, Kab. Lombok Utara”

.

Terima kasih ibu Clare Harvey

Ayo siapa lagi yang mau bantu?

Klub baca perempuan juga mendukung literasi di sekolah-sekolah di Kab Lombok Utara.

Saat ini mereka membutuhkan bantuan penyediaan buku.
Jika ada yang ingin membantu berupa buku langsung juga bisa.

.

Pengiriman donasi bisa langsung ke:
Yayasan Rumah Kita Bersama Indonesia
Bank Maybank no rek: 2.427.001.304

Silakan hubungi kami: official@rumahkitab.com
atau Nura: +62 856-9532-3908