Sabda Hikmah (5): OLAHRAGA DAN OLAHAKAL
Oleh Mukti Ali Qusyairi
Pagi ini saya olahraga. Otot-otot yang kejang kembali lentur. Kalori yang mengendap dan bersemayam di tubuh terbakar. Organ tubuh diaktifkan. Keringat keluar gembrojos. Detak jantung bekerja keras. Pentingnya olahraga dirasakan langsung, bukan hanya bagi tubuh ini tapi juga bagi akal untuk berpikir dan hati untuk kerja-kerja spiritualitas dan melatih kepekaan. Sebab, akal yang sehat tergantung pada fisik yang sehat. Berbagai gerakan yang mengandung spiritualitas dan media interaksi kita dengan Tuhan, seperti shalat, yoga, tarian, dll, adalah mengandung olahraga.
Olahraga artinya raga/fisik kita diolah. Akal pun juga diolah dengan cara digunakan untuk berpikir, menganalisa, menghitung, dan melogikakan berbagai narasi teks dan konteks.
Saya teringat Imam Al-Mawardi dalam kitab Adab al-Duniya wa al-Din pernah menyatakan bahwa akal ada dua macam, yaitu akal al-ghariziy dan akal al-muktasab. Akal al-ghariziy adalah akal yang terberi (given) dan tertanam tokoh (tumancep) dalam diri manusia. Sedangkan akal al-muktasab adalah akal yang mengalami perkembangan, dinamika, dan mengalami pasang-surut selaras dengan upaya-upaya olahakal melalui eksperimentasi, pengetahuan, membaca buku dan semesta, pengalaman, perhitungan, analisa, dan penelitian.
Akal al-ghariziy boleh disebut akal aktual. Dan akal al-muktasab boleh disebut akal potensial. Kedua akal tersebut saling terkait dan ketergantungan. Sebab akal al-muktasab adalah hasil dari akal al-ghariziy yang diolah, diaktifkan, difungsikan dan dimaksimalkan. Berbagai hasil dari akal potensial yang terdapat dalam akal aktual itulah yang bisa disumbangkan bagi peradaban.
Jakarta, 1 April 2018.