Catatan di Ibukota: Indonesian Civil Society Forum

Pada tanggal 14-15 November 2018, saya mengikuti acara Indonesian Civil Society Forum 2018 di Hotel Aryaduta Jakarta, atas rekomendasi Ford Foundation. Namun, panitia membelikan tiket ke Jakarta pada tanggal 13 November 2018 karena tanggal 14 pagi diharapkan peserta sudah bisa mengikuti pembukaan. Pergi ke ibukota seorang diri adalah hal yang sangat mengharukan bagi saya. Saya harus punya rencana yang tersusun rapi. Semua rencana saya catat dengan baik di HP agar tidak lupa. Penerbangan saya ke Jakarta pukul 15.30 WIB, namun saya sudah sampai bandara pukul 11.00 WIB. Bisa dibayangkan betapa asyiknya akan menjalani beberapa jam seorang diri sampai pesawat berangkat. Lagi-lagi dinikmati saja perjalanan ini. Waktu begitu terasa lama, sayapun sempat membuat beberapa baris kata-kata. Entah puisi atau apa ini…

Aku duduk di sini

Menanti kau menghampiriku

dan duduk disampingku lalu berucap, “Aku rindu Umi”

Aaahhh tapi itu hanya khayalanku saja

Terbayang kau berlarian ke sana ke mari

Tertawa dan bercanda sembari memanggilku

Kaulah yang membuatku ingin cepat pulang

Kaulah alasan kenapa saya harus berjuang, Anakku

Tak terasa air mata saya menetes, saya kangen malaikat kecilku yang selalu membesarkan jiwa saya. Kalianlah alasan saya untuk tetap hidup dan berjuang.

Saya berjalan mengikuti orang-orang yang akan ke Gate 2 menuju Jakarta. Tenang sekali rasanya, sebentar lagi saya akan berada di ibukota. Pesawatpun berangkat, saya duduk menyandarkan kepala dan berdoa semoga selamat sampai tujuan. Hampir gelap saya sampai di bandara Soekarno Hatta, begitu megah dan indah, saya berjalan mengikuti petunjuk yang ada di bandara.

Malam pertama di ibukota, saya sendirian di kamar tanpa teman. Kubuka foto anak kecil mungil yang dua bulan lagi akan melahirkan, dia adalah korban perkawinan anak. Menikah di bawah tangan di usianya yang masih 11 tahun kurang 3 bulan, namun suaminya sudah menyentuhnya di malam kedua setelah mereka menikah.

Baru sebentar anak ini menjalani masa indah sebagai anak-anak. Umur sembilan tahun sudah haid dan dua tahun kemudian ditunangkan lalu dinikahkan di bawah umur. Nasib malang dialami anak ini, beban hamil saya rasakan betul saat bersamanya. Andai bisa ditukar, saya ikhlas menggantikan posisinya untuk hamil. Badannya yang mungil seolah tidak kuat dibebani dengan perut besar. Semoga kamu sehat sampai anakmu lahir. saya yakin kamu kuat.

14 November 2018

Forum ini diberi judul “Indonesian Civil Society Forum 2018: Membangun Kapasitas untuk Menjamin Keberlanjutan”. Dalam sambutan awal, disampaikan bahwa forum ini akan memfasilitasi peserta dalam pembelajaran dan mengembangkan kesempatan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), terutama terkait isu kapasitas dan sustainabilitas dan juga menjadi forum peringatan 20 tahun Reformasi di Indonesia.

Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan seperti ini, bertemu dengan berbagai macam CSO dan OMS di seluruh Indonesia. Dihadiri oleh sekitar 250 peserta dari OMS di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, serta para pemangku kepentingan lainnya.

Acara ini sungguh luar biasa. Dalam diskusi kelompok pertama, saya memilih kelompok 2, yaitu membahas tentang “memaksimalkan sumberdaya dan jaringan OMS” dan kelompok 3 untuk sesi diskusi yang kedua, yang membahas tentang “keterampilan teknik dan kemampuan advokasi OMS”. Pada sesi diskusi kelompok yang ketiga saya memilih kelompok 3 yang membahas tentang “mengakses dana pemerintah untuk meningkatkan keberlanjutan OMS.”

Selain dari yang sudah dijadwalkan, kegiatan ini juga dalam rangka membangun jaringan. Dari semua yang didapat dalam dua hari efektif ini, saya berharap bisa menjadikan saya tambah semangat untuk melakukan perubahan, meski sekecil apapun itu. Namun, cukup disayangkan bahwa dalam forum yang lumayan besar tersebut, tidak ada yang fokus membicarakan masalah terkait perempuan dan anak.

15 November 2018

Ada banyak hal baru yang saya dapat, terutama dari pemaparan para panelis. Karena tidak ada pembagian materi dari panitia, maka kegiatan ini saya rekam. Pemaparan yang paling berkesan bagi saya adalah pembicara dari Ann Hendrix-Jenkins (EnCompass) yang menyampaikan terkait pengembangan kapasitas 2.0 sebagai cara meningkatkan legitimasi masyarakat sipil dan keberhasilan.

Sesi lain yang juga membuat saya terkesan adalah materi tentang meningkatkan keberlanjutan OMS secara finansial yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok terkait dengan mewujudkan keberlanjutan finansial OMS melalui penerapan inovasi.

Tepat pukul 18.00, acara Indonesian Civil Society Forum 2018 ditutup.

16 November 2018

Saya pulang dengan penerbangan pukul 13.20 WIB. Saya bahagia dapat mengikuti acara ini dan dengan segala kerendahan hati saya minta maaf atas segala kekurangan dan berterima kasih kepada Rumah KitaB dan juga Ford Foundation telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengikuti kegiatan ini. Acara ini luar biasa, terimakasih ilmunya, terima kasih untuk semuanya. [Nurul Sugiyanti, Sumenep]

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.