Pos

rumah kitab

Merebut Tafsir: Nawal dan Perempuan di Titik Nol!

Innalillahi wa inna ilaihi Raajiun. Selamat Jalan Nawal El Saadawi. Rest in Love dear Nawaal.
Nawal El Saadawi adalah orang pertama yang menggedor kesadaran feminis saya.

Melalui novelnya “Perempuan di Titik Nol” , yang saya terima sebagai hadiah dari suami saya, Ismed Natsir, saya baca lumat, dan berulang ulang. Sering saya merasa, saya ingin terselip dalam kisah itu menjadi bagian dari perjuangan hidup Firdausi.

Nawal mengisahkan tentang gambaran derita semesta perempuan Muslim dalam tradisi Islam di Mesir melalui sosok Firdausi: ini tentang cinta, hasrat yang alami ketika Firdausi remaja bertemu seorang pemuda Mohammedin di kebun dan berlompatan bebas di atas menara kincir air. Ia mulai merasakan hasrat keperempuanannya yang indah di sana. Tapi ia tak tahu dari mana kegembiraan itu membuncah karena tak satupun perempuan di dunia remajanya mengisahkan rasa itu. Ia begitu bahagia.

Lalu Ibunya mulai memingitnya, ia tak lagi boleh bertemu lelaki di kebun ketika ia telah menstruasi. Kebebasan remajanya dirampas seketika, dan kehidupannya perlahan dihancurkan oleh tafsir patriarki yang berusaha terus ia lawan.

Ini tentang gambaran cara lelaki memaknai tentang seksualitas, ketundukan, kepatuhan, serta ragam wujud penindasan dan perlawanan yang rumit dari kisah Firdausi sejak remaja hingga di penjara karena membunuh germonya. Ia dijual oleh perempuan yang semula disangkanya akan melindunginya di tepian Sungai Nil.

Dari kisah Firdausi saya merasakan perihnya sesetan pisau dalam praktek sunat perempuan, perkawinan paksa dengan sang Syeikh tua bangka yang hanya menggenggam tasbih dan tongkat untuk menggebuk Firdausi untuk apapun yang membuat Sang Seikh tak berkenan. Ia lari setelah mukanya berdarah-darah, tapi masuk ke dunia pelacuran.

Ia sebetulnya pernah punya harapan. Sang paman yang pernah membawanya ke Kairo dia angankan dapat memberi kebebasan melalui pendidikan. Tapi kaum perempuan disekitarnya- ibunya, bibinya, majikannya, germo (pertamanya) tak sudi melepaskan Firdausi menjadi jenis perempuan lain yang beda dari nasib mereka- memanggul adat dan tradisi serta tafsir patriarki.

Gelagak perlawanan Firdausi telah terlunaskan ketika pisau ia tancapkan di dada lelaki germo yang akan memperkosanya. Dan, di penjara tiap pagi ia lundahi surat kabar yang memuat berita para pejabat atau tokoh-tokoh yang disanjung masyarakat. Orang menyebutnya ia gila, tapi semua tahu bara perlawanan Firdausi adalah kemenangannya !
Selamat Jalan Nawal Jan.

# Lies Marcoes, 22 Maret 2021.