Merayakan Natal
DI saat umat Kristiani bersiap merayakan kelahiran Yesus Kristus, Nabi Isa al-Masih as., banyak di antara kita yang bertanya-tanya: apa kewajiban umat Muslim terhadap Nabi Allah, Isa al-Masih as.? Barangkali tujuan penjelasan al-Qur`an mengenai Isa al-Masih as. dan ibunya, Maryam, adalah untuk menunjukkan kedudukan yang layak mereka terima berupa penghargaan dan perayaan. Al-Qur`an tidak menghormati Isa al-Masih as. terlebih dahulu kecuali setelah menghormati ibunya yang melahirkannya,
يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikanmu dan melebihkanmu atas segala perempuan di dunia [yang semasa denganmu],” [Q.S. Ali Imran: 42].
Allah tidak menghormati Maryam kecuali setelah menghormati ibunya yang telah melahirkannya (Q.S. Ali Imran: 35); Allah tidak menghormati ibunya Maryam kecuali setelah menghormati suami ibunya itu dan keluarganya; Allah tidak menghormati keluarganya, “keluarga Imran”, kecuali setelah menghormati keluarga Ya’qub (Q.S. Maryam: 5 – 6); dan Allah tidak memuliakan keluarga Ya’qub kecuali setelah memuliakan Ibrahim dan keturunannya (Q.S. Ali Imran: 34). Buah tidak akan baik kecuali jika akarnya baik (Q.S. Ibrahim: 24).
Al-Qur`an merayakan kelahiran Isa al-Masih as., putra Maryam, karena ia membawa mukjizat di dalam dirinya. Adapun Maryam, Allah menghormatinya dengan perhormatan yang khusus hanya untuk dirinya (Q.S. Ali Imran: 42). Adalah hak kita, umat Muslim, dan merupakan kewajiban kita—karena iman—untuk mencintai dan menghormati semua nabi dan rasul dan tidak membeda-bedakan mereka; membeda-bedakan para nabi adalah kemaksiatan, dan tidak menghormati mereka bisa membawa kepada dosa yang lebih besar. Kelahiran Isa al-Masih as. hendaknya menjadi kebahagiaan bagi seluruh umat Muslim dengan mengagungkan Allah Swt. dan merenungkan kekuasaan dan seluruh mukjizat-Nya.
Merayakan Natal (sebutan bagi kelahiran Isa al-Masih as.) adalah untuk meneladani akhlak Nabi Isa al-Masih as.. Ia berpesan kepada kita untuk selalu rendah hati serta mencintai kaum fakir-miskin, orang-orang saleh dan orang-orang yang berdosa. Sehingga cinta ini memberi mereka energi untuk bertaubat. Karena itu, merayakan Natal artinya adalah merayakan kotak perhiasan di mana kita sangat terpesona dengan permata-permata yang ada di dalamnya sehingga kita tidak bisa memilih satu dari yang lain.
Allah menunjukkan kedudukan Maryam di beberapa tempat di dalam al-Qur`an dan menunjukkan kekuatan imannya kepada-Nya dan ketergantungannya kepada-Nya. Ketika seorang utusan Allah datang kepada Maryam dan menyampaikan kabar baik bahwa ia akan hamil dan melahirkan, ia berkata, “Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa,” [Q.S. Maryam: 18]. Artinya, Maryam tidak mengenal siapapun kecuali Allah Swt. dan tidak bergantung kecuali hanya kepada-Nya. Inilah hikmah keimanan agung yang harus kita teladani. Maryam tidak hanya dikenal karena kesuciannya, tetapi ia juga dikenal karena kekuatan akidah dan imannya kepada Allah Swt.
Kelahiran Isa al-Masih as. merupakan mukjizat dan tanda kebesaran Allah Swt. yang mengharuskan umat Muslim untuk senantiasa merenungkannya. Kapan pun datang hari di mana kelahiran Isa al-Masih as. dirayakan, umat Muslim harus juga merayakannya. Sebab Isa al-Masih as. sendiri mendorong kita untuk merayakannya ketika ia berkata:
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali,” [Q.S. Maryam: 33].
Umat Muslim beriman kepada Isa al-Masih as. sebagaimana mereka beriman kepada Nabi Muhammad Saw.. Oleh karena itu, di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda,
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Aku adalah orang yang paling berhak kepada Isa putra Maryam di dunia dan akhirat,” [H.R. Abu Hurairah].
Karena Isa al-Masih as. telah diberitahu oleh Allah mengenai kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan Nabi sendiri bersabda, “Aku adalah orang yang paling berhak kepada Isa ibnu Maryam di dunia dan akhirat,” maka umat Muslim adalah orang-orang yang paling berhak merayakan Natal untuk menyambut kelahiran Isa al-Masih as.
Tidak sah keislaman seorang Muslim dan tidak sah pula keimanannya kecuali bila ia beriman kepada Isa al-Masih as. sama seperti keimanannya kepada Nabi Muhammad Saw., sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Swt.,
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
“Rasul telah beriman kepada al-Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. [Mereka mengatakan]: ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun [dengan yang lain] dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat,” [Q.S. al-Baqarah: 285].
Maryam, ibu Isa al-Masih as., adalah satu-satunya perempuan hebat yang namanya diabadikan sebagai nama satu surah di dalam al-Qur`an, Surah Maryam, yang terdiri dari 98 ayat. Allah Swt. menghormati keluarga dan kerabatnya, terutama ayahnya, Imran, yang namanya juga diabadikan sebagai nama satu surah di dalam al-Qur`an, Surah Ali Imran, yang terdiri dari 200 ayat. Surah Ali Imran merupakan surah kedua dalam urutan surah al-Qur`an. Sendirian atau bersama putranya, Maryam dan Isa al-Masih as., disebutkan di 34 tempat lainnya di dalam al-Qur`an. Betapa hangat sambutan dan betapa besar perayaan al-Qur`an untuk keduanya. Dan salah satu wujud keagungan ini adalah bahwa banyak dari umat Muslim di seluruh dunia yang menyandang dua nama mulia ini, Isa dan Maryam.
Isa al-Masih as. adalah teladan kebenaran dan kesalehan. Ketika Maryam melahirkannya dan keluarganya berteriak-teriak menuduhnya melakukan apa yang dituduhkan kepada seorang perempuan yang tidak bersuami dan melahirkan anak, maka Isa al-Masih as. berkata kepada mereka untuk membersihkan nama ibunya,
إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا، وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا، وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku [mendirikan] shalat dan [menunaikan] zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali,” [Q.S. Maryam: 30 – 33].
Ketika membaca al-Qur`an, kita tidak menemukan di dalamnya disebutkan tentang kelahiran nabi mana pun kecuali dua nabi besar: Musa as. dan Isa al-Masih as., di mana masing-masing dari keduanya menciptakan isyarat agung di alam semesta pada saat kelahirannya. Dan Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk bersikap baik kepada Ahli Kitab, khususnya saudara-saudara kita umat Kristiani, dengan berfirman,
وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُم مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذلك بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.’ Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri,” [Q.S. al-Ma`idah: 82].
Allah Swt. menghendaki cinta dan kasih sayang menyertai kita dan saudara-saudara kita umat Kristiani, maka Dia berfirman,
وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَّكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ
“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal [pula] bagi mereka. [Dan dihalalkan mangawini] perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu,” [Q.S. al-Ma`idah: 5].
Selain itu, Allah Swt. melarang kita untuk memusuhi dan memerangi saudara-saudara kita umat Kristiani yang cinta damai dan memerintahkan kita untuk memiliki kasih sayang antara kita dan mereka. Dia berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِى الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak [pula] mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil,” [Q.S. al-Mumtahanah: 8].
Rasulullah Saw. memperingatkan bahwa orang-orang yang menyerang umat Kristiani yang cinta damai dan rukun tidak akan pernah mencium aroma surga. Sebagai Muslim kita diperintahkan oleh agama untuk menyebarkan perdamaian di dunia, dan memandang mereka yang berbeda agama dengan kita sebagai saudara dalam kemanusiaan atau saudara di tanah air. Tidak ada yang namanya mayoritas dan minoritas, yang ada adalah bangsa, dan bangsa ini didirikan oleh para pemuda Muslim dan Kristiani.[]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!