Pos

Pengalaman Pembagian Sembako di Masa Pandemi Covid19

Jakarta, Mei 2020

Achmat Hilmi – Peneliti Rumah Kita Bersama

Pandemi Covid-19 telah memakan banyak korban, baik korban tertular virus maupun korban krisis ekonomi. Banyak warga miskin baru, dan warga miskin semakin bertambah miskin. Kebutuhan ribuan alat kesehatan seperti APD dan masker tidak seberapa dibandingkan kebutuhan orang terhadap sembako. Jutaan orang kehilangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian, banyak di antaranya kehilangan tempat tinggal karena tidak mampu membayar sewa rumah.

Di balik krisis ekonomi akibat pandemi, masyarakat lokal dan internasional tergerak melakukan berbagai upaya. Clare Harvey dari Swiss  telah beberapa kali bekerjasama  dengan Rumah KitaB secara non-program berupa bantuan beasiswa bagi anak perempuan dan menyediakan buku-buku bacaan bagi remaja di Lombok Utara melalui Klub Baca Perempuan. Kali ini ia tergerak mengumpulkan dana dari kawan-kawannya dengan meminta mereka menyisihkan uang minum kopi mereka untuk membantu mengatasi krisis akibat Covid-19. Dalam waktu kurang dari satu minggu, telah terkumpul dana Rp 24.367.345 yang kemudian digenapkan menjadi  Rp.25.000.000,-,.

Rumah KitaB adalah lembaga riset. Kami tidak memiliki program bantuan apalagi berbentuk charity. Saya pribadi tidak memiliki banyak pengalaman penyalurkan  bantuan pangan atau sembako. Ketika kuliah di Mesir akhir 2010, ada sedikit pengalaman saat menjadi anggota tim relawan evakuasi WNI yang terdampak revolusi di Mesir yang memunculkan instabilitas terutama bagi warga asing termasuk WNI. Saat itu yang menjadi prioritas evakuasi adalah perempuan dan anak-anak, karena mereka yang paling terdampak.

***

Seminggu setelah kantor Rumah KitaB meminta semua staf WFH, kami belum terpikirkan apa yang akan dilakukan. Namun mitra kami di daerah, utamanya Lombok Utara, Jakarta dan Cianjur terus melaporkan perkembangan dampak WFH kepada komunitas dampingan. Rumah KitaB kemudian mengadakan rapat via zoom untuk membahas apa yang dapat dilakukan. Diputuskan untuk membeli APD bagi para petugas kesehatan di puskesmas-puskesmas pendamping mitra di lapangan dan mengupayakan bantuan buku bacaan serta ragam aktivitas bagi remaja yang terdampak WFH berupa alat lukis dan rajutan.

Di luar itu terpikir untuk membantu sembako terutama untuk wilayah-wilayah non program seperti bagi perempuan pekerja berisiko yang dikoordinaskan oleh Bandung Wangi, serta remaja yang tergabung dalam grup teater remaja ITACI serta perempuan di wilayah Cilincing Jakarta Utara. Karena teman-teman telah diminta bekerja dari rumah praktis hanya saya yang ada di Jakarta. Oleh karena itu saya menawarkan diri untuk menyerahkan bantuan kepada kedua kelompok itu.

Dalam proses pembelian sembako, saya memilih membeli sembako di agen-agen kecil. Harga yang mereka tawarkan tidak jauh dari agen besar. Bahkan beberapa item barang mereka jual dengan harga lebih murah dari agen besar. Para pedagang yang saya temui mengeluhkan pendapatannya menurun drastis dibanding sebelum masa pandemi. Mereka mengaku sangat berisiko gulung tikar. Persediaan barang dagangan mereka pun tidak banyak, saya rela menunggu sampai stok dagangan tersedia karena melalui kegiatan ini saya juga ingin agar mereka mendapatkan sedikit keuntungan.

Setelah semua sembako terkumpul, seperti beras, minyak sayur, gula, kopi, beberapa kotak susu, dan teh, saya membungkus sendiri barang-barang itu pada malam hari setelah taraweh dan sahur. Saya melakukannya dengan sepenuh  hati karena  hanya ini yang bisa saya lakukan; ikut menyalurkan bantuan.

Dalam proses pendistribusian sembako saya dibantu oleh beberapa orang dari tiga komunitas Jaringan Rumah Kita Bersama yang telah mengakar kuat di Jakarta seperti ITACI, Komunitas Perempuan Berdaya Kalibaru, dan Bandung Wangi. Sejak tahun 2018, komunitas-komunitas ini sangat aktif bermitra dengan  Rumah KitaB dalam program pencegahan perkawinan usia anak di Jakarta Utara dan Jakarta Timur.

Problem muncul karena kami hanya menyediakan 100 paket bantuan. Kami pun berunding dengan mitra dalam menentukan siapa yang paling berhak. Sangatlah mengharukan bahwa para pengelola program di lapangan menekankan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan meskipun mereka sendiri layak mendapatkan bantuan. Paket sembako ini kemudian dibagikan kepada 71 perempuan miskin, perempuan pekerja berisiko, dan perempuan kepala keluarga, 25 remaja perempuan dan laki-laki yang orang tuanya terdampak Covid-19, dan 4 laki-laki tua miskin.

***

Distribusi bantuan pertama kali ditujukan untuk komunitas Bandung Wangi, berlokasi di Jakarta Timur. Meski Jakarta Timur terlihat secara ekonomi lebih baik dari Jakarta Utara, namun komunitas Bandung Wangi tinggal di daerah yang paling kumuh di Jakarta Timur yaitu Kelurahan Pisangan Baru. Sepanjang jalan saya melihat banyak sekali pemukiman kumuh dan miskin, padat penduduk, seperti tidak sedang berada di Jakarta.

Saat mengantar 50 paket sembako tahap pertama saya sempat kesasar tak tentu arah, sinyal Google Maps sangat buruk, seperti daerah tidak berpeta. Namun saya menikmati perjalanan sore itu, karena saya yakin orang-orang yang sedang menunggu turunnya sembako ini sangat membutuhkan. Setelah sejam saya keliling kelurahan Pisangan Baru, akhirnya saya bertemu ibu Endang, tepat di depan klinik dokter gigi, karena hanya di depan klinik itu mobil bisa berhenti dan parkir.

Senang sekali rasanya berhasil bertemu komunitas Bandung Wangi dan menyalurkan bantuan, setelah tersesat lebih dari satu jam. Mereka sangat menyatakan kegembiraannya setelah memangku sembako. Ramadhan dan penyebaran wabah menyebabkan mereka tak dapat bekerja seperti biasanya. Mereka mengucapkan terima kasih banyak kepada Rumah KitaB dan ibu Clare Harvey.

***

Tahap kedua pembagian sembako dilakukan di Jakarta Utara. Dalam pelaksanannya saya dibantu oleh Komunitas ITACI (Insani Teater Anak Cilincing) dan komunitas perempuan Berdaya Kalibaru, Jakarta Utara. Berkaca dari pengalaman pertama, saya menyalurkan bantuan sebelum ashar, agar mudah memasuki lokasi yang super padat di kelurahan terkumuh di Jakarta.  Sebelum kegiatan saya telah diminta oleh Rumah Kitab untuk menghubungi ketua RW 006 Kelurahan Kalibaru dan pejabat kelurahan, memberitahukan proses pembagian sembako agar tidak menimbulkan persoalan terkait terbatasnya bantuan.

Tempat yang dipilih untuk pembagian sembako adalah pos RW 006 Kelurahan Kalibaru yang lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau komunitas Perempuan Berdaya yang berasal dari 12 RW dan anak-anak ITACI, yang tinggal dari berbagai kecamatan di Jakarta Utara.

Pembagian sembako berlangsung aman, didampingi ketua RW 006 Kalibaru. Sebagian bantuan ada yang diantar langsung ke rumah mereka karena mereka tak mendapatkan informasi padahal mereka paling berhak. Dengan haru mereka menyalami saya dari jauh dan menitipkan salam bagi para donatur. Saya pun berjani akan menyampaikannya kepada Ibu Clare Harvey dan Ibu Lies []

Jakarta, Ramadhan hari ke 27, 21 Mei 2020