Mendidik Diri Sendiri dalam Kondisi yang Berubah

Oleh Muhammad Machasin

Aku diminta untuk memberikan hikmah syawalan pagi ini secara virtual, maka kuingat ayat Quran yang mengandung kata “wal ‘āfīna ‘anin nās”. Kubuka Syāmilah dan kubaca ayat itu. Lalu kutulis yang berikut ini.

Mendidik Diri Sendiri dalam Kondisi yang Berubah

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ. أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ [آل عمران: 133-135]
Empat sifat dari orang bertakwa yang dijatah surga adalah:
1. mau berbagi dengan orang lain dalam keadaan apa pun,
2. berusaha untuk mengendalikan amarahnya,
3. memaafkan orang lain,
4. jika berbuat salah, mengingat Allah dan mohon ampunan, lalu berhenti dari kesalahan itu.

Berbagi dengan orang-orang yang malang dilakukan tanpa menunggu kita longgar, kaya, kuasa, banyak relasi dst. Kapan saja kita pasti punya sesuatu yang dapat dibagi dengan orang lain. Ingat īṡār atau mu’āṡara, tapi jangan berlebihan.

Mengendalikan amarah, tidak melampiaskannya dengan mengikuti hawa nafsu atau emosi. Salurkan kemarahan pada kerja keras untuk membuktikan bahwa kita tidaklah seburuk, selemah, sebodoh apa yang dikira oleh orang lain.

Tidak perlu balas dendam untuk menghukum orang lain yang berbuat buruk kepada kita. Balas dendam itu tak akan membawa kebaikan baik untuk kita maupun untuk orang lain. Akan tetapi, kita tidak boleh membiarkan hal buruk merajalela di sekitar kita. Wabah Corona ini menuntut setiap orang untuk disiplin dalam membersihkan diri, menjaga jarak, tidak bersin tanpa menutup mulut, tidak meludah sembarangan, menutup mulut dan hidung jika keluar rumah dsb. Masing-masing dari kita perlu mendisiplinkan diri dengan hal-hal seperti itu. Juga tidak boleh diam saja ketika melihat orang lain berbuat sebaliknya. Kalau bisa, ingatkan secara langsung atau bantu orang lain untuk berdisiplin. Kalau tidak, sampaikan kepada yang berwenang atau setidak-tidaknya kita menjaga diri agar tidak ikut tidak disiplin. Untuk menjadi baik, janganlah kita menunggu sampai orang lain baik dulu.
Menyesali kesalahan dan berjanji dengan sungguh-sungguh pada diri sendiri untuk tidak mengulangi lagi. Ingat Allah merupakan kunci bagi keberhasilan kita dalam mendidik diri sendiri.

Sebenarnya itu semua tidak hanya perlu dilakukan setelah adanya wabah Covid 19, tetapi sekarang ini lebih-lebih lagi diperlukan. Wabah ini tidak akan surut dengan cepat dan karenanya kita mesti menyikapinya dengan penyesuaian diri. Sebagian dari peristiwa alam dapat dikendalikan oleh manusia, tetapi sebagian yang lain mesti disikapi manusia dengan menyesuaikan diri atau melengkapi diri dengan peralatan dan tingkah laku yang sesuai.
Ketika air sedikit, kita dapat memanfaatkannya untuk pertanian; ketika air membesar menjadi bah, kita ke pinggir atau naik perahu atau berlatih renang, bahkan menangkap ikan.

Wallahu a’lam.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.